حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ ثَمَرِ التَّمْرِ حَتَّى يَزْهُوَ فَقُلْنَا لِأَنَسٍ مَا زَهْوُهَا قَالَ تَحْمَرُّ وَتَصْفَرُّ أَرَأَيْتَ إِنْ مَنَعَ اللَّهُ الثَّمَرَةَ بِمَ تَسْتَحِلُّ مَالَ أَخِيكَ
2056. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Isma'il bin
Ja'far dari Humaid dari Anas radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
melarang menjual buah kurma hingga sempurna. Kami bertanya kepad Anas; "Apa tanda
sempurnanya?" Dia menjawab: "Apabila menjadi memerah dan menguning. Bagaimana
pendapatmu jika Allah menghalangi buah hanya karena kamu menghalalkan harta
saudaramu?"
0 Comments
Posting Komentar